Deramelia adalah salah satu mahasiswi asal Indonesia yang menlanjutkan studinya di salah satu negara besar Eropa yaitu Inggris.
Bagi Deramelia menjadi mahasiswi muslim di negara minoritas membuatnya harus beradaptasi. Mulai dari mencari tempat untuk beribadah sampai menyesuaikan waktu solat.
Bagaimana awalnya anda melanjutkan studi di Inggris?
Awalnya sebenarnya saya ingin melanjutkan studi S2 sejak 2015 namun karena satu dan lain hal termasuk di dalamnya saat itu saya melahirkan dan harus merawat anak saya akhirnya saya harus menunda cita cita saya untuk pergi S2. Saya kembali memikirkan untuk melanjutkan studi lagi setelah tahun 2019, saat itu suami saya mendukung saya untuk kuliah S2 dan saya mulai melanjutkan perjuangan saya untuk memperoleh beasiswa juga persiapan bahasa Inggris. Setelah mengikuti beberapa seleksi biasiswa yang tentunya tidak mudah, saya menerima banyak penolakan hingga akhirnya pada tahun 2022 saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi.
Perjalanan yang tidak mudah bagi saya yang sudah menjadi seorang istri dan seorang Ibu, namun saya bersyukur banyak orang (termasuk keluarga) yang support dengan impian saya untuk melanjutkan pendidikan.
Saya memilih Inggris untuk belajar Islamic Finance karena Inggris termasuk salah satu negara penyedia jurusan Islamic Finance terbesar di dunia, juga tentunya dengan bahasa pengantar adalah bahasa inggris. Walaupun sebagai negara minoritas muslim, Inggris adalah negara yang sangat welcome dengan muslim dan memiliki sistem keuangan syariah yang berkembang dengan sangat baik.
Dimana Kampus anda?
Saat ini saya kuliah di university of Dundee jurusan Islamic finance.
Masuk bagian mana Inggrisnya?
Dundee sendiri adalah salah satu kota di bagian Scotland, UK.
Apakah di tempat kamu sekarang sangat ramah dan memudahkan bagi sebagai umat muslim?
Iya. Awalnya salah satu yang saya khawatirkan sebelum berangkat sekolah adalah ketakutan tidak diterima karena saya seorang muslimah dan memakai hijab. Namun setelah tinggal hampir 5 bulan disini, saya merasa orang-orang disini sangat welcome dengan orang baru termasuk muslim. Mereka sama sekali tidak rasis atau memandang aneh karena saya memakai pakaian yang berbeda.
Mereka benar-benar sangat ramah dan helpful.
Tempat apa saja yang sering kamu lakukan untuk beribadah?
Karena tinggal di negeri minoritas muslim, tentunya salah satu tantangan yang akan kita temui adalah minimnya tempat ibadah di tempat-tempat umum. Tidak seperti indonesia yang musola dan tempat solat dengan mudah kita akses, di UK ini sangat jarang sekali.
Di kampus saya sebenarnya ada 1 masjid dan 1 tempat solat/musola. Jadi ketika kuliah dan masuk waktu solat biasanya mahasiswa muslim akan solat di masjid atau musola di perpustakaan.
Namun saya pernah pengalaman kelas umum Bahasa Inggris (dosennya non muslim) di suatu gedung yang jauh dari musola dan akhirnya saya solat di dalam kelas. Saat itu ada 2 orang muslim di dalam kelas dan kami izin untuk pergi ke perpustakaan untuk solat, karena lokasi perpustakaan yang jauh beliau (dosen saya) mengizinkan kami solat bergantian di belakang kelas. Ini salah satu pengalaman yang berharga sekali karena sebenarnya kita tidak perlu malu mengungkapkan identitas kita dan izin untuk melakukan ibadah.
Ketika kita ke tempat belanja misalnya Mall, tempat solat yang sangat sering saya pakai adalah Fitting room di toko baju. Ini sangat membantu sekali bagi kita untuk bisa solat dengan tenang di ruangan tertutup. Pernah suatu kali juga saya solat di tangga darurat karena toko2 baju sudah tutup.
Ketika melakukan traveling ke tempat wisata, kita juga bisa solat di taman atau di restoran. Tentunya mencari tempat yang tidak terlalu ramai. Ini salah satu manfaat juga punya peralatan solat untuk traveling (sajadah lipat dan mukenah traveling). Karena dimanapun kita berada, ketika masuk waktu solat, kita hanya perlu menggelar sejadah kita dan menunaikan solat.
Ohya, pernah juga saya dan suami solat di pinggir jalan karena saat itu posisi sedang di jalan tol dan waktu solat sangat mepet. Sehingga kami berhenti di bahu jalan yang memang khusus untuk berhenti sementara dan melakukan solat di pinggir jalan. Benar-benar pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan.
Seperti apa orang-orang di sana melihat anda melakukan beribadah?
Saya melihat beberapa dari mereka sadar dan tau kalau yang saya lakukan adalah ibadah. Tapi kebanyakan orang disini “masa bodoh” dengan urusan orang lain.
Jadi kita tidak perlu merasa risih dengan tatapan orang lain karena mereka juga tidak seniat itu memikirkan urusan kita.
Apakah ekosistem di sana mendukung untuk para muslim?
Iya.
Di lingkungan tempat saya ada 3 masjid besar yang tersebar di beberapa titik. Dan komunitas muslim juga disini sangat kuat. Setiap bertemu seseorang yang juga memakai hijab, biasanya dengan mudahnya kita mengucapkan salam dan tersenyum. Dimanapun itu, mereka biasanya akan menyapa kita dengan salam.
Makanan halal pun juga tidak sulit karena beberapa toko daging halal disini juga banyak.
Seperti apa rasanya menjadi seorang muslim yang minoritas di Inggris?
Saya merasa aman dan nyaman sebagai muslim di negeri minoritas. Mungkin karena mereka adalah orang-orang yang terbuka dan ramah jadi tidak pernah ada kasus rasis ataupun penghinaan terhadap muslim.
Saya juga merasa nyaman dalam beribadah karena setiap orang mengerti ketika saya menyebutkan saya adalah seorang muslim yang harus solat 5 waktu dan harus makan makanan yang halal. Intinya adalah jangan malu dengan identitas diri kita sebagai muslim.
Apa yang menjadi tantangan dalam beribadah dikeseharian kamu?
Tentunya mencari tempat solat dan tempat wudhu yang proper. Apalagi di musim dingin seperti saat ini waktu solat sangat berdekatan, misalnya waktu dzhur adalah 12.15 lalu ashar 13.40 dan magrib 16.10. Nah dengan waktu yang sangat berdekatan dan dengan jadwal kuliah yang cukup padat kita harus pandai mencari tempat solat agar bisa menunaikan kewajiban kita sebagai muslim.
Untuk tempat wudhu sendiri biasanya saya menggunakan westafel di toilet atau menjaga wudhu dengan baik. Karena waktu solat sangat berdekatan, biasanya akan lebih mudah bagi kita menjaga wudhu.
Bagaimana mereka melihat anda berpakaian muslim : Berkerudung?
Saya tidak pernah mendapatkan perlukuan rasis atau berbeda dari orang-orang di Inggris melihat saya berkerudung. Jadi sebenarnya berkerudung atau tidak sudah bukan lagi menjadi issue bagi muslimah yang tinggal di Inggris.
Suatu kali saya pernah berbelanja di Mall dan salah satu penjaganya mengomentari jilbab yang saya kenakan. “Your scarf is so beautiful and I like it”.
Dengan sangat ramah dia mengatakan bahwa hijab yang saya gunakan bagus dan dia juga suka terhadap itu.
Bagaiman respons mereka ketika anda berkegiatan dan berhenti sejenak untuk melakukan ibadah?
Seperti yang telah saya sebutkan tadi, kita tidak perlu malu dengan identitas kita sebagai muslim. Mayoritas orang sini sangat terbuka dengan hal baru, jadi tidak akan menjadi masalah ketika kita harus berhenti sejenak untuk menunaikan solat.
Apakah ada tips n trick bagi mereka yang ingin menetap di sebuah negara yang notabene muslim menjadi minoritas?
Beberapa tips dan trik yang dapat dilakukan:
- Belajar tentang budaya dan adat istiadat setempat agar dapat lebih mudah beradaptasi. Cari tau kebiasaan2 mereka dan kira-kira bagaimana pandangan mayoritas dari mereka terhadap muslim. Banyak dari kita yang takut untuk pergi ke negara mayoritas muslim padahal banyak dari mereka yang sudah terbuka dan tahu tentang agama islam.
- Carilah komunitas Muslim lokal untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa masjid terdekat dengan lingkungan kita akan sangat membantu memberikan beberapa informasi bagaimana kita survive sebagai seorang muslim di negeri orang.
- Jangan takut untuk menjaga keyakinan dan prinsip kita, dan tentunya juga cobalah untuk menghormati keyakinan dan prinsip orang lain. Akan sangat biasa kita akan bertemu dengan orang2 dengan berbagai agama, ras dan latar belakang. Belajar menghargai keyakinan dan prinsip orang lain tidak akan melukai harga diri kita. Kita masih bisa menjaga keyakinan kita dengan tetap menghargai sesama.
- Jangan pernah malu untuk menunjukkan identitas kita sebagai Muslim.
- Tetap teguh dalam keyakinan dan prinsip kita, namun juga berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan sesama. Case misalnya diajak makan bersama dengan orang lokal, sampaikan bahwa kita harus makan makanan halal dan tidak boleh makan a,b,c. Intinya selalu komunikasikan yang menjadi bagian dari keyakinan kita.